Jumat, 02 Februari 2018

Nutrisi Pada Remaja


MAKALAH

NUTRISI PADA REMAJA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Informasi Gizi
Dosen Mata Kuliah : Nur Cahyadi, S.ST., MM.










Nama : Annafi Tazhkira
NIM : 201601002
Semester : III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DELIMA PERSADA
GRESIK
2017/2018





Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul NUTRISI PADA REMAJA. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam penyusunan makalah dan harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.








     Dengan Hormat,   
                                                                                    Gresik,
26 Oktober 2017


                                                                                                            Penyusun





Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan lebih suka menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama keluarga.
Perubahan-perubahan fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi.
Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah membuktikan banyak sekali remaja yang mengalami masalah gizi, masalah tersebut antara lain Anemi (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas normal atau kurus (berkisar 30%). Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, tetapi dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi hal ini dapat membantu upaya penanggulangannya.   




Rumusan masalah yang kami angkat yaitu:
1. Apa pengertian dari gizi dan remaja?
2.Apa saja karakteristik perilaku makan remaja?
3. Apa saja macam-macam nutrisi?
4. Apa saja penyebab dan masalah nutrisi pada remaja?
5. Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi usia remaja?
6. Bagaimana cara perhitungan energy?

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan remaja, apa itu nutrisi, apa saja macam-macam nutrisi pada remaja, apa saja masalah yang terjadi pada nutrisi usia remaja dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
      a.Bagi Penulis
Membantu penulis mengetahui dan memahami secara lebihmendalam tentang kebutuhan nutrisi pada usia remaja.
b.Bagi Remaja
Membantu remaja untuk mengetahui betapa pentingnya pemenuhan nutrisi dalam kehidupannya sehari-hari agar tidak ada lagi remaja yang mengalami masalah pada pemenuhan nutrisinya.






Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun
Berikut ini karakteristik perilaku makan yang dimiliki remaja:
      1. Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih.
2. Gadis remaja sering terjebak dengan pola makan tak sehat, menginginkan penurunan berat badan secara drastic, bahkan sampai gangguan pola makan. Hal ini dikarenakan remaja memiliki body image (citra diri) yang mengacu pada idola mereka adalah para artis, pragawati, selebriti yang cenderung memiliki tubuh kurus, tinggi dan semampai.
3. Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan mineral) seperti makanan ringan, kerupuk, dan chips.
      4. Kebiasaan makan  makanan siap saji (fast food) yang komposisi gizinya tidak seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya, seperti pasta, fried chiken, dan biasaya juga disertai mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan.
Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.
Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat, magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko osteoporosis saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Diabetes type 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak dalam satu tahun, seringkali selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan pengontrolan faktor-faktor diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes type 2, yang dimasa lalu hanya di alami oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya juga semakin meningkat pada remaja.
Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan ilmu gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

Masa pubertas yang dialami remaja adalah masa dimana terjadinya perubahan hormonal. Perubahan hormonal ini berkaitan dengan pertumbuhan pada masa remaja. Dilansir dari sheknow.com, remaja akan menambah 20% tinggi badannya dan hampir 50% dari berat orang dewasa selama masa remaja.
Karena masa inilah remaja membutuhkan banyak nutrisi karena kebutuhan gizinya yang meningkat.
Apa saja nutrisi yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh?  


Ø    Kalori
Remaja laki-laki membutuhkan sekitar 2.500 hingga 2.800 kalori setiap harinya, sedangkan remaja putri membutuhkan kira-kira 2.200 kalori perhari.
Idealnya kebutuhan kalori tersebut bersumber dari protein, susu rendah lemak, biji-bijian (kacang-kacangan, sayuran dan buah-bauhan.
Ø    Protein
Remaja membutuhkan protein sebesar 45 hingga 60gram perhari untuk tumbuh dan membentuk otot. Protein sangat mudah didapat dari berbagai sumber makanan sehat, seperti daging, telur, ikan, dan susu. Untuk vegetarian protein bisa didapat dari makanan yang berbahan kacang-kacangan.
Ø    Kalsium
Saat masa pubertas, tubuh membutuhkan banyak kalsium untuk menyimpannya sebagai tabungan untuk membentuk tulang yang kuat saat dewasa. Karena memasuki usia 20tahun penyerapan asupan kalsium untuk tulang akan berkurang. Remaja membutuhkan asupan kalsium sebesar 1.200mg setiap harinya. Asupan kalsium dapat berasal dari susu, sereal, buah dan sayur yang kaya akan kalsium.
Ø    Zat besi
Zat besi membantu darah membawa oksigen keseluruh otot, juga membuat fungsi otak bekerja maksimal dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Remaja laki-laki membutuhkan asupan sebanyak 12mg zat besi perharinya, sedangkan untuk remaa perempuan membutuhkan asupan zat besi sebanyak 15mg perharinya. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih besar dibandingkan kebutuhan zat gizi untuk laki-laki, hal ini karena perempuan mengalami menstruasi. Saat menstruasi perempuan membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk menghindari adanya resiko kekurangan darah.
Ø    Vitamin
Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, yang pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan oleh makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik dalam tubuh.
Kebutuhan vitamin thiamin, riboflavin, dan niasin pada remaja akan meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolism energi. Begitu uga dengan folat dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mendukung fungsi sel baru.

Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi remaja. Disamping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alkohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat badan.
Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti zat besi, kalsium, dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Perancis, misalkan, membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap rakyat misikin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara yang sedang berkembang, sekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja perempuan menderita anemia; sementara dinegara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang (10 negara di asia tenggara, termasuk indonesia) mengalami anemia kekurangan zat besi, sementara wanita hamil lebih besar lagi, yaitu 55%. 
Di Amerika Serikat, sebagian remaja tidak memperoleh kalsium sebanyak yang dianjurkan oleh RDA, 18%. Remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur, sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga dari mereka) setiap hari. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995) membuktikan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun, hanya mengkonsumsi 777mg kalsium perharinya.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi, secara berlebihan. Makanan ini , meskipun dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banayak mengandung gula serta lemak, disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat menyebabkan kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan. Remaja banyak memerlukan zat besi apalagi remaja wanita untuk mengganti zat besi yang hilang bersamaan dengan darah haid. Dampak negatif kekurangan mineral kerap tidak terlihat sebelum mereka mencapai usia dewasa. Contoh, kalsium sangat penting dalam pembentukan tulang pada usia remaja dan dewasa muda. Kekurangan kalsium selagi muda merupakan penyebab osteoporosis diusia lanjut, dan keadaan ini tidak dapat ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi zat ini ketika (tanda) penyakit ini tampak.  
Ketidak seimbangan antara asupan dan kekurangan energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor penyebab penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, artritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit.
Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:
      1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak.
      2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian pemasukan energi dan zat gizi.
      3.Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya obesitas.

Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kegemaran yang tak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian atau food fadism, merupakan sebagian contoh keterpengaruhan ini.
Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja untuk tidak makan untuk tetap mempertahankan bentuk dan berat badannya yang tetapi akan berujung pada anoreksia nervosa.
Hampir 50% remaja (daniel, 1977) terutama remaa yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini bahwa sarapan penting. Namun mereka yang teratur sarapan hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. Mengudap sebenarnya tidak dilarang, asalkan tau cara memilih kudapan yang kaya akan zat gizi.   
Keadaan Gizi Remaja Saat Ini Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai masalah tersebut.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi, sementara wanita hamil lebih besar lagi, yaitu 55%.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televise, secara berlebihan. Makanan ini, meski dala iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat adiptif. Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Ada 3 alasan mengapa remaja diaktegorikan rentan:
      1.Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang lebih banyak.
      2.Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan zat gizi.
      3.Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50%total kalori yang terkandung dalam makanan itu.
Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada usia 14 dan 18, karena “kegilaan” mereka hendak melangsingkan badan. Penderita kelainan ini meningkat terus dari tahun ke tahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang disertai oleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan serta gangguan ovarium.
Akibatnya remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya remaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.

Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
1. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.
2. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A.
3. Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan   iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

Muatan energy di dalam makanan bergantung terutama pada kandungan protein, lemak, karbohidrat dan alkoholnya. Komponen organic lain seperti (asam organic) menyumbang hanya sejumlah kecil energy dibandingkan sebagian besar makanan. Air tidak mengundang energy, melainkan bertindak hanya sebagai zat pelarut. Karena itu, keterkandungan air di dalam makanan akan memengaruhi kadar atau kepadatan kandungan energy makanan tesebut.
Jumlah energy dalam makanan atau zat gizi, dapat ditentukan dengan jalan membakar makanan tersebut di dalam bom calorimeter. Panas yang kemudian dihasilkan diukur. Tiap jenis makanan akan mengeluarkan sejumlah energy tertentu jika dibakar atau dimetabolisasi oleh tubuh. Jumlah kalori yang kemudian dihasilkan bergantung pada komposisi makanan tersebut (protein, karbohidrat, dan lemak). Besarnya panas yang dihasilkan oleh tiap gram sampel protein, karbohidrat, dan lemak murni berturut-turut adalah 5.65; 4.10; dan 9.45 kkal (sementara alcohol 7.10 kkal).
Makanan yang telah dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dicerna dan diserap dengan sempurna. Karena itu penting sekali diketahui besaran ketercernaan makanan tersebut. Pada keadaan normal, keterserapan protein, lemak, dan karbohidrat berturut-turut sebesar 92%, 95%, dan 96%.

Kandungan energy di dalam tubuh bergantung pada ukuran dan komposisi tubuh, dan dapat dihitung berdasarkan ke dua hal tersebut. Contohnya, komposisi tubuh kimia laki-laki yang mempunyai berat badan normal 65 kg adalah kira-kira 11 kg protein, 9 kg lemak, 1 kg karbohidrat, 40 kg air, dan 4 kg mineral. Air dan mineral tidak mengandung energy.
Kandungan energy tubuh total dapat dihitung menjadi 150.000 kkal. Lebih kurang setengah dari jumlah ini berada dalam struktur protein penting dalam tubuh, sementara sisanya (sebagian besar lemak) merupakan cadangan yang jika diperlukan dapat dimobilisasi. Pada penderita obese, cadangan ini sangat besar. Begitu pula sebaliknya, pada orang kurus jumlah tersebut kecil.

Kebutuhan energy orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan energy yang dapat dimobilisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran energy, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan, kehamilan dan penyusuan yaitu energy makanan yang diperlukan untuk memelihara keadaan yang telah baik.

Komponen terbesar dari keluaran energy harian adalah BMR. BMR merupakan pengekspresian sejumlah kalori (kilokalori) yang dikeluarkan oleh tubuh per meter persegi luas permukaan tubuh setiap jam (kal/jam/m2).
Laju metabolisme basal ini dapat diukur dengan calorimeter tak langsung, dan diartikan sebagai energy yang dikeluarkan oleh seseorang setelah 12-14 jam berpuasa (biasanya sepanjang malam) sementara secara mental dan fisik beristirahat pada lingkungan bersuhu netral. BMR sering diambil untuk mewakili tingkat minimal keluaran enrgi tiap hari, meski telah diketahui BMR bukanlah nilai yang baku, dan bahwa energy yang keluar selama tidur jatuh dibawah tingkat BMR.
Banyak factor (terbagi menjadi dua):
      1. Faktor primer antara lain luas permukaan tubuh, jenis kelamin, usia, komposisi tubuh, keaktifan kelenjar penghasil hormon (tiroid, insulin, glucagon, hormone pertumbuhan, prolactin, dan MSH), serta kehamilan.
     2. Faktor sekunder yang berpengaruh adalah status gizi, tidur, demam, dan kegiatan.


cara menghitung BMR:
cara perhitungan menggnakan factor koreksi. Dengan cara ini, BMR diperkirakan melalui perkalian “factor” (0.9-1.0) dengan berat badan selama 24 jam. Dengan demikian, BMR untuk wanita 0.9 x BB (kg) x 24 jam; dan laki-laki 1.0 x BB (kg) x 24 jam. Jika seorang laki-laki, misalkan, mempunyai berat badan 60 kg; maka BMR laki-laki itu selama 24 jam ialah:
1 x 60 x 24 = 1440 kkal (bandingkan dengan hasil yang diperoleh jika digunakan rumus Harris-Bennedict).
Table Rumus Harris-Bennedict
BMR = 66.42 + (13.75 BB) + (5 TB) – (6.78 U)
BMR = 655.1 + (9.65 BB) + (1.85 TB) – (4.68 U)

Keterangan:
BMR = Basal Metabolic Rate (kkal)
BB = Berat Badan (dalam kilogram).
berat yang digunakan bergantung pada
tujuan perhitungan energy ini, dapat berat normal,
berat ideal, atau berat sekarang.
TB = Tinggi badan (dalam meter)
U = Usia
Adapun hasil perhitunga BMR dengan persamaan Harris-Bennedict, berdasarkan penelitian Daly, dkk. (1985) berlebih 10-15%, sementara hasil riset Long dkk. (1979, 1980) menunjukan bahwa kelebihan tersebut hanya sebesar 3%. Dengan demikian, hasil perhitungan dengan persamaan ini harus dipotong sebanyak kelebihan tersebut (sebagian besar literature menuliskan angka 10%).

Dalam menentukan besaran kebutuhan akan kalori, penentuan usia ginekologik lebih penting ketimbang usia kronologis. Sebab, pertmbuhan linear belum optimal sebelum mencapai usia ginekologik 4-5 tahun. Usia ginekologik adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama (menarche). Pertambahan berat badan dari usia ginekologik selama 1-5 tahun berturut-turut adalah 4.8 kg (tahun I), 2.8 kg (tahun II), 1.0 kg (tahun III), dan), 0.8 kg (tahun IV-V).
Dengan demikian jika seorang wanita baru sekali datang haid, dan kemudian hamil, maka selama kehamilannya dia bukan saja harus menambah berat badan sebanyak 10-12 kg, tetapi juga harus ditambah dengan penambahan berat badan pada usia ginekologik pertama; yaitu 3.8 kilogram (angka 3.8 diperoleh dari perkalian 9.5/12 x 4.8 kg; 9.5 adalah masa hamil jila dihitung dengan kalender bulanan, dan angka 12 adalah jumlah bulan dalam setahun).
Bergantung pada berat badan dan tinggi badan sebelum hamil, aturan pertambahan berat badan total selama hamil ialah:
      1.      12.5-18 kg jika BMI < 19.8,
      2.      11.5-16 jika BMI = 19.8-26.0,
      3.      7-11.5 manakala BMI > 26-29.


















Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi.
Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktifitas fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasi gizi melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A, program fortifikasi bahan makanan seperti iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

Situasi masalah nutrisi remaja di tiap negara berbeda-beda dan terdapat kesulitan dalam mengumpulkan data tentang masalah nutrisi remaja termasuk di Indonesia. Survei data dasar mengenai keadaan nutrisi remaja umumnya diperoleh melalui informasi yang tidak langsung misalnya melalui wawancara terhadap orangtua. Adanya keterbatasan jumlah populasi remaja yang disurvei kurang bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Survei atau penelitian masalah nutrisi remaja yang dilakukan secara nasional masih belum ada atau masih sedikit sekali dibandingkan dengan negara maju.

Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di klinik karena pendekatan tersebut akan menguntungkan, Dengan cara tersebut akan-memberikan pelayanan medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya pemeriksaan psikologik, menghindari terjadinya masalah nutrisi yang akan merusak kesehatan, mempermudah dalam memeriksa nutrisi remaja secara komprehensif dan akan menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan catatan medik yang ada. Tim spesialis yang perlu dibentuk adalah tim intervensi krisis, tim kekerasan fisik dan seksual, tim nutrisi dan gangguan makan, tim penyalahgunaan obat terlarang dan tim untuk menyelesaikan masalah stres dan bunuh diri.
























                        DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2003).Gizi dalam Daur Kehidupan: Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar