MAKALAH
NUTRISI PADA REMAJA
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Informasi Gizi
Dosen
Mata Kuliah : Nur Cahyadi, S.ST., MM.
Nama : Annafi Tazhkira
NIM : 201601002
Semester : III
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DELIMA PERSADA
GRESIK
2017/2018
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”NUTRISI
PADA REMAJA”. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam penyusunan makalah dan harapan saya semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Dengan Hormat,
Gresik, 26 Oktober 2017
Gresik, 26 Oktober 2017
Penyusun
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak-anak hingga masa awal dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak.
Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan berusia 10-12 tahun
dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol dan lebih suka menghabiskan waktu
diluar waktu berkumpul bersama keluarga.
Perubahan-perubahan fisik ini akan mempengaruhi status
kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan
akan menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan
gizi.
Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif
pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar,
risiko melahirkan bayi dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), penurunan
kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah membuktikan banyak sekali remaja
yang mengalami masalah gizi, masalah tersebut antara lain Anemi (berkisar 40%)
dan IMT kurang dari batas normal atau kurus (berkisar 30%). Banyak faktor yang
bisa menyebabkan hal ini terjadi, tetapi dengan mengetahui faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi hal ini dapat membantu upaya penanggulangannya.
Rumusan
masalah yang kami angkat yaitu:
1.
Apa pengertian dari gizi dan remaja?
2.Apa
saja karakteristik perilaku makan remaja?
3.
Apa saja macam-macam nutrisi?
4.
Apa saja penyebab dan masalah nutrisi pada remaja?
5.
Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi usia remaja?
6.
Bagaimana cara perhitungan energy?
Tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah:
Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan remaja, apa itu
nutrisi, apa saja macam-macam nutrisi pada remaja, apa saja masalah yang
terjadi pada nutrisi usia remaja dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
Manfaat
dari penyusunan makalah ini adalah:
a.Bagi Penulis
Membantu penulis mengetahui dan memahami secara lebihmendalam tentang kebutuhan nutrisi pada
usia remaja.
b.Bagi Remaja
Membantu remaja untuk mengetahui betapa pentingnya pemenuhan nutrisi dalam kehidupannya sehari-hari agar
tidak ada lagi remaja yang mengalami masalah pada pemenuhan nutrisinya.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya,
dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu,
makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat
gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa
dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung,
gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan
santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat
pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe,
tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu
serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan
buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan
untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak-anak hingga masa awal dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak.
Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan berusia 10-12 tahun
dan berakhir pada usia 18-22 tahun
Berikut ini karakteristik perilaku makan yang dimiliki remaja:
1. Kebiasaan tidak makan pagi dan malas minum air putih.
2. Gadis remaja sering terjebak dengan pola makan tak sehat, menginginkan penurunan berat badan secara drastic, bahkan sampai gangguan pola makan. Hal ini dikarenakan remaja memiliki body image (citra diri) yang mengacu pada idola mereka adalah para artis, pragawati, selebriti yang cenderung memiliki tubuh kurus, tinggi dan semampai.
3. Kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan mineral)
seperti makanan ringan, kerupuk, dan chips.
4. Kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang komposisi gizinya tidak
seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya, seperti pasta, fried chiken, dan
biasaya juga disertai mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan.
Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga
kesehatan anak remaja, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal.
Pola makan yang sehat juga membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih
aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun belakangan ini,
telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey
menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun
kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.
Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah
18 tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak
mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari
yang mereka butuhkan, namun tidak mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup
seperti yang direkomendasikan. Salah satu keprihatinan utama mengenai anak dan
remaja adalah level kalsium, potassium, serat, magnesium, dan vitamin E yang
kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status
nutrisi yang buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit
kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi
pada remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga
kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium
pada usia remaja bisa memperbesar resiko osteoporosis saat mereka dewasa. Yang
terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena sebagian remaja punya masalah
kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Diabetes type 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada
sebanyak 13.000 anak dalam satu tahun, seringkali selama mereka masih berusia
remaja. Hal ini membutuhkan pengontrolan faktor-faktor diet dan gaya hidup yang
bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan
dalam obesitas berarti bahwa diabetes type 2, yang dimasa lalu hanya di alami
oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya juga semakin meningkat pada remaja.
Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi
remaja serta mengembangkan ilmu gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja.
Sehingga akan menyadari bahwa makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup
dalam memilih makanan yang memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan
makan sehat.
Masa pubertas yang dialami remaja adalah masa dimana
terjadinya perubahan hormonal. Perubahan hormonal ini berkaitan dengan
pertumbuhan pada masa remaja. Dilansir dari sheknow.com, remaja akan menambah
20% tinggi badannya dan hampir 50% dari berat orang dewasa selama masa remaja.
Karena
masa inilah remaja membutuhkan banyak nutrisi karena kebutuhan gizinya yang
meningkat.
Apa
saja nutrisi yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh?
Ø Kalori
Remaja
laki-laki membutuhkan sekitar 2.500 hingga 2.800 kalori setiap harinya,
sedangkan remaja putri membutuhkan kira-kira 2.200 kalori perhari.
Idealnya
kebutuhan kalori tersebut bersumber dari protein, susu rendah lemak,
biji-bijian (kacang-kacangan, sayuran dan buah-bauhan.
Ø Protein
Remaja
membutuhkan protein sebesar 45 hingga 60gram perhari untuk tumbuh dan membentuk
otot. Protein sangat mudah didapat dari berbagai sumber makanan sehat, seperti
daging, telur, ikan, dan susu. Untuk vegetarian protein bisa didapat dari
makanan yang berbahan kacang-kacangan.
Ø Kalsium
Saat
masa pubertas, tubuh membutuhkan banyak kalsium untuk menyimpannya sebagai
tabungan untuk membentuk tulang yang kuat saat dewasa. Karena memasuki usia
20tahun penyerapan asupan kalsium untuk tulang akan berkurang. Remaja
membutuhkan asupan kalsium sebesar 1.200mg setiap harinya. Asupan kalsium dapat
berasal dari susu, sereal, buah dan sayur yang kaya akan kalsium.
Ø Zat
besi
Zat
besi membantu darah membawa oksigen keseluruh otot, juga membuat fungsi otak
bekerja maksimal dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan
penyakit. Remaja laki-laki membutuhkan asupan sebanyak 12mg zat besi
perharinya, sedangkan untuk remaa perempuan membutuhkan asupan zat besi
sebanyak 15mg perharinya. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih besar
dibandingkan kebutuhan zat gizi untuk laki-laki, hal ini karena perempuan
mengalami menstruasi. Saat menstruasi perempuan membutuhkan zat besi yang lebih
banyak untuk menghindari adanya resiko kekurangan darah.
Ø Vitamin
Vitamin
adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, yang
pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus
didatangkan oleh makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik dalam tubuh.
Kebutuhan
vitamin thiamin, riboflavin, dan niasin pada remaja akan meningkat. Zat-zat
tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolism energi. Begitu uga dengan
folat dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis DNA dan RNA. Tak kalah
pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otot. Vitamin A,
C, dan E dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mendukung fungsi sel baru.
Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap
kesehatan dan gizi remaja. Disamping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak
lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alkohol dan rokok, serta hubungan seksual
terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah
gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak,
yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat badan.
Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja.
Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti zat
besi, kalsium, dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Survei terhadap
mahasiswi kedokteran di Perancis, misalkan, membuktikan bahwa 16%
mahasiswi kehabisan cadangan besi sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian
lain terhadap rakyat misikin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar
remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara yang
sedang berkembang, sekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja perempuan
menderita anemia; sementara dinegara maju angka tersebut hanya berada pada
bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara
berkembang (10 negara di asia tenggara, termasuk indonesia) mengalami anemia
kekurangan zat besi, sementara wanita hamil lebih besar lagi, yaitu 55%.
Di Amerika Serikat, sebagian remaja tidak memperoleh kalsium
sebanyak yang dianjurkan oleh RDA, 18%. Remaja tidak setiap hari makan buah dan
sayur, sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga
dari mereka) setiap hari. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995)
membuktikan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun, hanya mengkonsumsi
777mg kalsium perharinya.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah
konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi, secara
berlebihan. Makanan ini , meskipun dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan
mineral, sering terlalu banayak mengandung gula serta lemak, disamping zat
aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat menyebabkan
kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini
menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan.
Remaja banyak memerlukan zat besi apalagi remaja wanita untuk mengganti zat
besi yang hilang bersamaan dengan darah haid. Dampak negatif kekurangan mineral
kerap tidak terlihat sebelum mereka mencapai usia dewasa. Contoh, kalsium
sangat penting dalam pembentukan tulang pada usia remaja dan dewasa muda.
Kekurangan kalsium selagi muda merupakan penyebab osteoporosis diusia lanjut,
dan keadaan ini tidak dapat ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi zat ini
ketika (tanda) penyakit ini tampak.
Ketidak seimbangan antara asupan dan kekurangan energi
mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja
cenderung berlanjut hingga dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri
merupakan salah satu faktor penyebab penyakit degeneratif seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes melitus, artritis, penyakit kantong empedu, beberapa
jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit.
Ada
tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:
1. Percepatan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih
banyak.
2. Perubahan
gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian pemasukan energi dan zat
gizi.
3.Kehamilan,
keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan
kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu tidak sedikit remaja yang makan
secara berlebihan dan akhirnya obesitas.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif,
dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali
terpengaruh oleh lingkungan. Kegemaran yang tak lazim, seperti pilihan untuk
menjadi vegetarian atau food fadism, merupakan sebagian contoh
keterpengaruhan ini.
Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja untuk
tidak makan untuk tetap mempertahankan bentuk dan berat badannya yang tetapi
akan berujung pada anoreksia nervosa.
Hampir 50% remaja (daniel, 1977) terutama remaa yang lebih
tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang
meyakini bahwa sarapan penting. Namun mereka yang teratur sarapan hanya
60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih
memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi
juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu
(menghilangkan) nafsu makan. Mengudap sebenarnya tidak dilarang, asalkan tau
cara memilih kudapan yang kaya akan zat gizi.
Keadaan Gizi Remaja Saat Ini Cukup banyak masalah yang berdampak
negative terhadap kesehatan dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi
yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok,
serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam
beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah
gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga
berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim,
lupa makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai
masalah tersebut.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan,
membuktikan 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita
kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan
asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang
dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki dan
26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara maju angka tersebut
hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita
di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami
anemia kekurangan besi, sementara wanita hamil lebih besar lagi, yaitu 55%.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah
konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televise, secara
berlebihan. Makanan ini, meski dala iklan diklaim kaya akan vitamin dan
mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat adiptif.
Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat
gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan
remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Ada
3 alasan mengapa remaja diaktegorikan rentan:
1.Percepatan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang lebih
banyak.
2.Perubahan gaya
hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan zat gizi.
3.Kehamilan,
keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan
kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan
secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih
tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang
meyakini jika sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur
hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih
memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit
sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu
makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik
hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena
sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi,
riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara kandungan lemak jenuh,
kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih
dari 50%total kalori yang terkandung dalam makanan itu.
Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah
anoreksia. Kelainan ini pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada
usia 14 dan 18, karena “kegilaan” mereka hendak melangsingkan badan. Penderita
kelainan ini meningkat terus dari tahun ke tahun. Gambaran khasnya ialah
kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang disertai oleh amenore kronis.
Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan serta gangguan ovarium.
Akibatnya remaja putri rentan mengalami kurang
gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi
karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin
langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang
optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat
besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering
sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan
upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi
untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna
meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak
ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering
merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik,
merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan
keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan
kembali makanan yang telah dimakan), khususnya remaja perempuan. Masa remaja
merupakan masa yang sangat “rentan”.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada
remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa
ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan
badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa
mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini
terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat
pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam
lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi
makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang biasa
didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru yang
dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan asupan dan
terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah
dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat
pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang asma. Remaja yang
mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih
mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung
dengan AKI adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh
konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor
infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan
pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan,
sementara zat besi yang masuk sedikit.
Peran pemerintah untuk program gizi
masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang
diluncurkan, antara lain:
1.
Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif
dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami
pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.
2.
Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada
keadaan yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi
yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi
kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi
seperti pil besi dan vitamin A.
3.
Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam
bahan makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi
(kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah zat
gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau berisiko
untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan makanan
tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang
biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam
ataupun fortifikasi besi pada tepung.
Muatan energy di dalam makanan bergantung terutama pada
kandungan protein, lemak, karbohidrat dan alkoholnya. Komponen organic lain
seperti (asam organic) menyumbang hanya sejumlah kecil energy dibandingkan
sebagian besar makanan. Air tidak mengundang energy, melainkan bertindak hanya
sebagai zat pelarut. Karena itu, keterkandungan air di dalam makanan akan
memengaruhi kadar atau kepadatan kandungan energy makanan tesebut.
Jumlah energy dalam makanan atau zat gizi, dapat ditentukan
dengan jalan membakar makanan tersebut di dalam bom calorimeter. Panas yang
kemudian dihasilkan diukur. Tiap jenis makanan akan mengeluarkan sejumlah
energy tertentu jika dibakar atau dimetabolisasi oleh tubuh. Jumlah kalori yang
kemudian dihasilkan bergantung pada komposisi makanan tersebut (protein,
karbohidrat, dan lemak). Besarnya panas yang dihasilkan oleh tiap gram sampel
protein, karbohidrat, dan lemak murni berturut-turut adalah 5.65; 4.10; dan
9.45 kkal (sementara alcohol 7.10 kkal).
Makanan yang telah dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dicerna
dan diserap dengan sempurna. Karena itu penting sekali diketahui besaran
ketercernaan makanan tersebut. Pada keadaan normal, keterserapan protein,
lemak, dan karbohidrat berturut-turut sebesar 92%, 95%, dan 96%.
Kandungan energy di dalam tubuh bergantung pada ukuran dan
komposisi tubuh, dan dapat dihitung berdasarkan ke dua hal tersebut. Contohnya,
komposisi tubuh kimia laki-laki yang mempunyai berat badan normal 65 kg adalah
kira-kira 11 kg protein, 9 kg lemak, 1 kg karbohidrat, 40 kg air, dan 4
kg mineral. Air dan mineral tidak mengandung energy.
Kandungan energy tubuh total dapat dihitung menjadi 150.000
kkal. Lebih kurang setengah dari jumlah ini berada dalam struktur protein
penting dalam tubuh, sementara sisanya (sebagian besar lemak) merupakan
cadangan yang jika diperlukan dapat dimobilisasi. Pada penderita obese,
cadangan ini sangat besar. Begitu pula sebaliknya, pada orang kurus jumlah
tersebut kecil.
Kebutuhan energy orang yang sehat dapat diartikan sebagai
tingkat asupan energy yang dapat dimobilisasi dari makanan yang akan
menyeimbangkan keluaran energy, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk
pertumbuhan, kehamilan dan penyusuan yaitu energy makanan yang diperlukan untuk
memelihara keadaan yang telah baik.
Komponen terbesar dari keluaran energy harian adalah BMR.
BMR merupakan pengekspresian sejumlah kalori (kilokalori) yang dikeluarkan oleh
tubuh per meter persegi luas permukaan tubuh setiap jam (kal/jam/m2).
Laju metabolisme basal ini dapat diukur dengan calorimeter
tak langsung, dan diartikan sebagai energy yang dikeluarkan oleh seseorang
setelah 12-14 jam berpuasa (biasanya sepanjang malam) sementara secara mental
dan fisik beristirahat pada lingkungan bersuhu netral. BMR sering diambil untuk
mewakili tingkat minimal keluaran enrgi tiap hari, meski telah diketahui BMR
bukanlah nilai yang baku, dan bahwa energy yang keluar selama tidur jatuh
dibawah tingkat BMR.
Banyak
factor (terbagi menjadi dua):
1. Faktor
primer antara lain luas permukaan tubuh, jenis kelamin, usia,
komposisi tubuh, keaktifan kelenjar penghasil hormon (tiroid, insulin,
glucagon, hormone pertumbuhan, prolactin, dan MSH), serta kehamilan.
2. Faktor
sekunder yang berpengaruh adalah status gizi, tidur, demam, dan
kegiatan.
cara
menghitung BMR:
cara
perhitungan menggnakan factor koreksi. Dengan cara ini, BMR diperkirakan
melalui perkalian “factor” (0.9-1.0) dengan berat badan selama
24 jam. Dengan demikian, BMR untuk wanita 0.9 x BB (kg) x 24 jam; dan
laki-laki 1.0 x BB (kg) x 24 jam. Jika
seorang laki-laki, misalkan, mempunyai berat badan 60 kg; maka BMR laki-laki
itu selama 24 jam ialah:
1
x 60 x 24 = 1440 kkal (bandingkan
dengan hasil yang diperoleh jika digunakan rumus Harris-Bennedict).
Table
Rumus Harris-Bennedict
BMR
= 66.42 + (13.75 BB) + (5 TB) – (6.78 U)
BMR
= 655.1 + (9.65 BB) + (1.85 TB) – (4.68 U)
|
Keterangan:
BMR
= Basal Metabolic Rate (kkal)
BB
= Berat Badan (dalam kilogram).
berat
yang digunakan bergantung pada
tujuan
perhitungan energy ini, dapat berat normal,
berat
ideal, atau berat sekarang.
TB
= Tinggi badan (dalam meter)
U
= Usia
Adapun hasil perhitunga BMR dengan persamaan
Harris-Bennedict, berdasarkan penelitian Daly, dkk. (1985) berlebih 10-15%,
sementara hasil riset Long dkk. (1979, 1980) menunjukan bahwa kelebihan
tersebut hanya sebesar 3%. Dengan demikian, hasil perhitungan dengan persamaan
ini harus dipotong sebanyak kelebihan tersebut (sebagian besar literature
menuliskan angka 10%).
Dalam menentukan besaran kebutuhan akan kalori, penentuan
usia ginekologik lebih penting ketimbang usia kronologis. Sebab, pertmbuhan
linear belum optimal sebelum mencapai usia ginekologik 4-5 tahun. Usia
ginekologik adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang wanita
mengalami menstruasi pertama (menarche). Pertambahan berat badan dari usia
ginekologik selama 1-5 tahun berturut-turut adalah 4.8 kg (tahun I), 2.8 kg
(tahun II), 1.0 kg (tahun III), dan), 0.8 kg (tahun IV-V).
Dengan demikian jika seorang wanita baru sekali datang haid,
dan kemudian hamil, maka selama kehamilannya dia bukan saja harus menambah
berat badan sebanyak 10-12 kg, tetapi juga harus ditambah dengan penambahan
berat badan pada usia ginekologik pertama; yaitu 3.8 kilogram (angka 3.8
diperoleh dari perkalian 9.5/12 x 4.8 kg; 9.5 adalah masa hamil jila dihitung
dengan kalender bulanan, dan angka 12 adalah jumlah bulan dalam setahun).
Bergantung
pada berat badan dan tinggi badan sebelum hamil, aturan pertambahan berat badan
total selama hamil ialah:
1. 12.5-18
kg jika BMI < 19.8,
2. 11.5-16
jika BMI = 19.8-26.0,
3. 7-11.5
manakala BMI > 26-29.
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada
saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan
fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja
akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi.
Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak.
Namun, kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda.
Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual,
perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktifitas
fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja adalah energi,
protein, kalsium, besi, dan zinc.
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan
penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program
edukasi gizi, program suplementasi gizi melalui pemberian makanan maupun produk
zat gizi seperti pil besi dan vitamin A, program fortifikasi bahan makanan
seperti iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.
Situasi masalah nutrisi remaja di tiap negara berbeda-beda
dan terdapat kesulitan dalam mengumpulkan data tentang masalah nutrisi remaja
termasuk di Indonesia. Survei data dasar mengenai keadaan nutrisi remaja
umumnya diperoleh melalui informasi yang tidak langsung misalnya melalui
wawancara terhadap orangtua. Adanya keterbatasan jumlah populasi remaja yang
disurvei kurang bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Survei atau
penelitian masalah nutrisi remaja yang dilakukan secara nasional masih belum
ada atau masih sedikit sekali dibandingkan dengan negara maju.
Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk
menyelesaikan masalah remaja di klinik karena pendekatan tersebut akan
menguntungkan, Dengan cara tersebut akan-memberikan pelayanan medik sebagai
keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya pemeriksaan
psikologik, menghindari terjadinya masalah nutrisi yang akan merusak kesehatan,
mempermudah dalam memeriksa nutrisi remaja secara komprehensif dan akan
menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan catatan medik yang ada. Tim
spesialis yang perlu dibentuk adalah tim intervensi krisis, tim kekerasan fisik
dan seksual, tim nutrisi dan gangguan makan, tim penyalahgunaan obat terlarang
dan tim untuk menyelesaikan masalah stres dan bunuh diri.
Arisman. (2003).Gizi dalam Daur
Kehidupan: Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar